Sabtu, 04 April 2009

PEMANFAATAN LIMBAH AIR KELAPA


PEMANFAATAN LIMBAH AIR KELAPA UNTUK MEDIA PENGKAYA SISTEM BUDIDAYA RUMPUT LAUT (Eucheuma cottonii)
BAGI NELAYAN DESA PATAS KECAMATAN GEROKGAK, KABUPATEN BULELENG, PROPINSI BALI

Carles sugara1), Rahmat Sandi R.2) Ngurah Permanana3), Uun Yanuhar4)
1)Mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Brawijaya
2) Dosen Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Brawijaya
3) Staf Balai Besar Riset Perikanan Budidaya Laut, Gondol

ABSTRAK
E. cottonii adalah salah satu jenis rumput laut yang tersebar luas di wilayah Indonesia dan merupakan komoditas eksport non migas. Upaya peningkatan kualitas produksi rumput laut diperlukan interfensi manusia yakni dengan pemanfaatan limbah air kelapa. Tujuan penelitian adalah mengetahui laju pertumbuhan dan produksi E. cottonii dengan perendaman dengan media air kelapa. Metode penelitian ini adalah metode rakit apung. Keuntungan metode ini adalah efektif dalam pemanfaatan budidaya, efektifitas yang terukur dalam bentuk waktu panen, hasil panen lebih cepat dan berkurangnya tingkat kerusakan hasil panen. Hasil penelitian yang diperoleh menunjukan bahwa laju pertumbuhan E. cottonii yang mendapat perlakuan perendaman air kelapa meningkat pada minggu ke-1 dan ke-2 dengan selisih peningkatan berat basah E. cottoni sebanyak 6,25 gram, sedangkan peningkatan laju pertumbuhan pada rumput laut E. cottonii tanpa perlakuan perendaman pada minggu ke-3 dan ke-4 hanya menunjukkan peningkatan sebanyak 2,44 gram. Laju pertumbuhan rumput laut dengan perlakuan pada minggu ke-3 dan ke-4 mengalami penurunan berat basah secara drastis karena disebabkan hama dan penyakit. Berdasarkan hasil ini dapat dilihat bahwa perbedaan peningkatan selisih berat basah E. cottoni dipengaruhi oleh perlakuan media air kelapa. Kesimpulan penilitian ini adalah media air kelapa berpengaruh positif terhadap peningkatan laju pertumbuhan E. cottoni yang ditunjukkan oleh meningkatnya berat basah pada minggu ke-1 dan ke-2 sebanyak 6,25 gram yang berarti pada minggu ke-1 sampai k-4 merupakan fase pembibitan.

Kata–kata kunci : air kelapa, E. cottonii, media pengkaya, nelayan

.
ABSTRACT
E. cottonii is one of seaweeds species which spread in Indonesian side and it’s non migas export commodity. Efort raising quality production of seaweed needed humans interfention that is using coconuts water waste. The purpose of this research is to know growth rate and production of E. cottonii by soaking with coconuts water media. This research method is floating method. The profit of this method is effective in using aquaculture, measure in harvests time, the harvests result is faster and decreasing of harvest result depreving. The researchs result gotten showed that growth rate of E. cottoni that got a soaking action of coconuts water increase on first week and second week with difference increase of E. cottoniis wet weight is 6,25 gram, while increasing of growth rate on E.cottonii without action on third week and fourth week have experienced decrease of wet weight rapidly because plant pest and disease. Basic from this result it can be looked that the different increasing difference wet weight of E. cottonii is influenced by act coconuts water. Conclusion of this research is coconuts water is influential to increas of wet weight on first week and second week, it’s 6,25 gram and it mean on first week till fourth week it’s seedling phase.

Key words : coconuts water, E. cottonii, enrichment media, fisherman.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Rumput laut (E. cottoni) sebagai tanaman yang hidup di perairan. Rumput laut (sea weed) mempunyai nilai ekonomi dan sosial yang tinggi bagi masyarakat pesisir. Nilai ekonomis tersebut dikarenakan rumput laut mampu menghasilkan karagenan dan agar. Dua jenis komponen tersebut berperan sebagai emulsifying agent, formatting agent, binding agent dan gelling agent yang sangat diperlukan dalam industri makanan, kosmetik maupun farmasi (Majalah Trobos , 2008).
Pengembangan budidaya rumput laut di Indonesia dirintis sejak tahun 1980-an dalam upaya perubahan kebiasaan penduduk pesisir dari pengambilan sumberdaya alam ke arah budidaya rumput laut yang ramah lingkungan dan usaha budidaya ini dapat meningkatkan pendapatan masyarakat pembudidaya juga dapat digunakan untuk mempertahankan kelestarian lingkungan perairan pantai (Ditjenkan Budidaya, 2004). Harapan dan tantangan tersebut tentunya tidak terlepas dari dukungan teknologi budidayanya. Kelapa merupakan tanaman endemik yang tumbuh di daerah tropis. Banyak manfaat kelapa mulai dari daun, batang, dan buah (daging dan air). Dengan melimpahnya kelapa sekarang, penggunaan kelapa kurang efektif misalnya pada air kelapa. Morel (1974) menjelaskan air kelapa salah satu bahan alami yang didalamnya terkandung hormon sitokinin 5,8 mg/l, auksin 0,07 mg/l, dan giberilin dalam jumlah sedikit serta senyawa lain yang dapat menstimulasi perkecambahan dan pertumbuhan.
Besar kemungkinan air kelapa mampu juga menjadi hormon pertumbuhan bagi E. cottoni dan hal ini perlu sekali untuk dibuktikan secara ilmiah. Pertumbuhan pohon kelapa yang berada di Bali cukup besar terutama di desa Patas, Gerokgak.
Tujuan
• Bagaimana pemanfaatan limbah air kelapa dalam peningkatan kualitas produksi rumput laut (Eucheuma cottonii)?

Manfaat
• Peningkatan produksi rumput laut (E. cottonii) dengan merangsang pertumbuhanya menggunakan limbah air kelapa.

METODOLOGI PENELITIAN
Tempat dan Waktu
1. Tahap perendaman rumput laut dilaksanakan di laboratorium kualitas air yang berada di Desa Patas Kecamatan Gerokgak, Buleleng, Bali.
2. Penelitian ini dilaksanakan di perairan Desa Patas Kecamatan Gerokgak Kabupaten Buleleng Propinsi Bali pada bulan Februari–Maret .

Alat dan Bahan
Alat yang digunakan adalah ember plastik, papan, tali plastik, tali nilon (polietilen), timbangan, pisau dan pelampung, sedangkan bahan meliputi air kelapa, bibit E. cotonii pada fase pembibitan dan air laut.

Metode pelaksanaan
Pembuatan Petak
Bambu yang telah disiapkan dipotong sebanyak 5 potong. Pada setiap ujung bambu diberikan pelampung berupa gabus agar tetap terapung di permukaan air selama kegiatan budidaya tersebut berlangsung. Petak dengan luas 3,5 m x 1,5 m dibagi menjadi 2 bagian memanjang sehingga luas masing–masing bagian 3,5 m x 0,75 m. Bagian yang direntangkan yakni tali nilon (polietilan) sepanjang 3,5 m dengan jarak simpul ikatan pada permukaan bambu (tali utama) 20 cm. Tali ini diberikan raffia dengan panjang 25 cm sebagai simpul pengikat rumput laut, dengan jarak masing–masing 25 cm dengan jumlah rentangan 4 tali.. Pada petak ini menggunakan sistem katrol agar lebih mudah untuk mengontrol dan memantau pertumbuhannya, apabila ingin dibawa ke pinggir pantai maka tinggal menarik tali tersebut begitu juga sebaliknya.

Penyediaan Bibit
Bibit yang dibudidayakan diambil dari stok alam. Rumput laut yang dijadikan bibit harus sehat, dan berwarna cerah yaitu merah agak kecoklatan cerah dan hijau cerah. Bagian rumput laut yang baik untuk dijadikan bibit adalah bagian ujung thallus yang masih muda dengan panjang kurang lebih 8–10 cm. Bibit rumput laut dipotong dengan menggunakan pisau.

Penanaman
Rumput laut ditimbang seberat 100 gram dan sebelum ditanam rumput laut direndam ke dalam air kelapa yang dicampur dengan air laut selama 30 menit dengan perbandingan 75% air kelapa dan 25% air laut dengan menggunakan petak yang sudah dirancang. Setiap petak ditanam rumput laut yang mendapat perlakuan dan tidak mendapat perlakuan.
Pemeliharaan
Pemeliharaan pada budidaya rumput laut hanya dilakukan dengan membersihkan lumpur dan kotoran yang melekat pada rumput laut, menyulam tanaman yang rusak atau lepas dari ikatan, mengganti tali, bambu dan pelampung yang rusak, dan menjaga tanaman dari serangan predator seperti ikan dan penyu.
Proses pengukuran atau penimbangan
Petak A dan petak B diambil rumput laut satu rentangan tali untuk mengetahui volume pertumbuhan rumput laut di minggu pertama dan dicatat hasilnya setelah ditimbang rumput laut tersebut tidak digunakan lagi pada budidaya karena apabila ditanam lagi maka akan berpengaruh terhadap pertumbuhan selanjutnya dan data yang diproleh tidak akan akurat. Pada minggu kedua dilakukan cara pengukuran yang sama dan dicatat hasilnya. Rumput laut yang diukur tersebut tidak digunakan lagi. Perhitungan volume pertumbuhan rumput laut dihitung hingga minggu keempat.

Metode Analisa Data
Pengukuran data berat dilakukan setiap satu minggu sekali. Data dianalisis dengan menggunakan uji BNT (Beda Nyata Terlihat). Beberapa parameter pertumbuhan diukur dengan menggunakan beberapa rumus yaitu
1. Laju Pertumbuhan (G)

Dimana
G = Laju Pertumbuhan (gram)
Wt = Berat Akhir (gram)
Wo = Berat Awal (gram)
2. Analisa produksi yang didasarkan pada metode.

P = G . Ŵ


Dimana:
P = produksi (gram)
G = laju pertumbuhan (gram/minggu)
Ŵ = biomassa rata–rata (gram)
W1 – W4 = biomassa minggu pertama hingga minggu keempat (gram)

HASIL DAN PEMBAHASAN
Karateristik Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanankan tepatnya di Desa Patas, Kecamatan Gerokgak, Buleleng, Bali. Pesisir pantai yang berada di daerah Bali sekarang dimanfaatkan oleh para nelayan untuk membudidayakan rumput laut khususnya daerah Gerokgak. Hampir 80% masyarakat di sana adalah petani rumput laut. Para nelayan yang menggeluti budidaya rumput laut sekitar 180 nelayan di pesisir pantai Gerokgak. Budidaya rumput laut telah menjadi mata pencaharian baru yang memberi keuntungan ekonomis bagi para nelayan yang berada di Gerokgak terutama desa Patas.

Laju pertumbuhan E. cottonii berdasarkan perendaman.
Tingkat kesuburan di suatu daerah tergantung pada pada faktor lingkungan, antara lain substrat pasir, kondisi perairan, musim dan juga faktor lainya. Hal inilah yang menentukan suatu usaha budidaya yaitu pertumbuhan dan produksi. Pertumbuhan pada umumnya dinyatakan sebagai suatu proses peningkatan secara berangsur–angsur dalam berat. Sedangkan produksi merupakan penambahan biomassa yang berkaitan dengan hasil reproduksi dari suatu individu pada kurun waktu tertentu (Champan, dalam Benegal, 1978). Berakaitan dengan pernyataan tersebut, maka untuk mengetahui pertumbuhan dari E. cottonii dibutuhkan data berat dan waktu pemeliharaan selama kegiatan budidaya rumput laut dilaksanakan. Untuk memperoleh data berat telah dilakukan pengukuran terhadap pertambahan berat satu minggu sekali selama empat minggu.

Tabel 1. Laju pertumbuahan rumput laut yang mendapat perlakuan.
No Minggu Laju perumbuhan (gr)
Wo (gr) Wt (gr) G (gr) Keterangan
1 I 100 125,7 3,67
2 II 100 239 9,92
3 III 100 259 7,75
4 IV 100 279 6,3



Tabel 2. Laju pertumbuhan rumput laut yang tidak mendapat perlakuan
No Minggu Laju pertumbuhan (gr)
Wo (gr) Wt (gr) G (gr) Keterangan
1 I 100 121,4 3,05
2 II 100 187 6,21
3 III 100 261 7,66
4 IV 100 383 10,10

PENUTUP
Kesimpulan
• Air kelapa berpengaruh positif terhadap pertumbuhan rumput laut (E. cottonii)

Saran
• Penggunaan air kelapa dalam budidaya rumput laut perlu dilakukan agar para pembudidaya rumput laut bisa menacapai hasil yang optimal dan lebih besar dua kali lipat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar